Nikodemus Lukas : Musik Klasik Adalah Salah Satu Karya Terbaik Yang Dibuat Manusia

Jakarta – Musik klasik di seluruh dunia di tahun 2020 sedang suram keadaannya karena adanya pandemi Covid 19. Para pemusik harus bertumpu kepada sistem daring (online) untuk tetap mempertahankan eksistensi mereka. Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru dari Kementrian Pendidikan & Kebudayaan cepat menanggapi situasi ini dan menyelenggarakan banyak konser daring di kanal YouTube-nya “Budaya Saya” dengan para pemusik bukan hanya yang sudah ternama, tapi yang muda dan baru memulai karirnya. Penyanyi klasik yang tahun ini melejit dan menjadi bahan pembicaraan lewat konser daring adalah tenor Nikodemus Lukas “Niko” (26 tahun). Niko memang sudah dikenal di dunia klasik Indonesia sejak beberapa tahun terakhir ini, tapi tahun ini ia menggebrak lewat konser online “Soekarno: A Hero in Exile” di pulau Flores yang telah ditonton ribuan viewers itu: ia menyanyikan Teks Proklamasi 17-8-1945 yang dimusikalisasi oleh komponis internasional Ananda Sukarlan dan lewat nyanyiannya yang menyentuh hati banyak penggemar musik klasik yang baru menyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak seluruh warganegara, dari segala ras dan agama. Di video itu ia juga menyanyikan karya-karya Ananda yang lain berdasarkan puisi Sapardi Djoko Damono, Sitor Situmorang dll. dengan penghayatan dan teknik yang luar biasa. Klik saja menit ke 7’45”.
 
 
 
Niko lahir dan tinggal sampai saat ini di Surabaya, dan namanya mulai dikenal setelah ia memenangkan kompetisi “Tembang Puitik Ananda Sukarlan” di tahun 2013 waktu usianya baru 19 tahun.
 
 
Sejak itu ia memfokuskan dirinya ke karya-karya Ananda Sukarlan dan komponis Indonesia lainnya, dan telah menyanyikan puluhan karya Ananda yang revolusioner di Indonesia karena mengalihwahanakan karya-karya sastra sehingga mengangkat bukan hanya prestise musik vokal klasik, tapi juga dunia sastra Indonesia.
 
 
Konser daringnya berikut adalah dari situs bersejarah Sriwijaya yang sekaligus merayakan Hari Ibu, 22 Desember. Tanpa ragu ia memilih karya-karya musik yang semuanya berdasarkan penyair perempuan: Helvy Tiana Rosa, Emi Suy, Medy Loekito dan penyair Afro-American pertama yang saat remajanya didatangkan ke Amerika sebagai budak: Phyllis Wheatley yang bisa didengarkan keseluruhannya
https://youtu.be/c1tu82vyhu4
 
 
Ketajaman interpretasi, kekuatan teknik dan musikalitasnya telah sering dipuji dan menginspirasi Ananda Sukarlan untuk menciptakan karya untuknya, seperti membuat musik dari Teks Proklamasi yang disebut di atas. Berikut obrolan Nikodemus Lukas dengan Lakrinews.com:
 
Lakrinews.com : Niko, bisa ceritakan kenapa memilih jalur klasik, sementara dunia pop lebih menggiurkan bukan?
 
Nikodemus Lukas: Semenjak kecil saya dibesarkan oleh kedua orang tua yang sangat religius. Ayah saya pemain musik di Gereja, bahkan Ibu saya merupakan anak Pendeta Kristen. Saya pun besar dengan mendengarkan musik-musik Gereja yang berbentuk himne atau paduan suara. Setiap hari. Bisa dibilang dari kecil sudah “dicekoki” dengan musik klasik, jadi jiwa dan telinga saya lebih biasa mendengarkan musik klasik ketimbang musik pop atau musik-musik yang sedang kekinian. Dan itu berlangsung hingga saat ini. Mungkin itu yang membuat saya benar-benar jatuh cinta kepada musik klasik, dan atau musik sastra yang lebih kental unsur budayanya. Walaupun musik pop lebih menjual, hati tidak bisa dibohongi. 😁
 
 

Lakrinews.com : Apakah lagu dengan tehnik klasik bisa diterapkan ke bahasa Indonesia? Ada bedanya kah dengan lagu opera Mozart atau Puccini?
 

Nikodemus Lukas: Tentu bisa, tekniknya sama, hanya merubah style nya. Lagu-lagu berbahasa Indonesia atau yang sering disebut tembang puitik/sastra diciptakan oleh para komponis Indonesia yang mendapat pengaruh dari musik sastra (Lieder) Jerman. Bedanya tembang puitik dengan aria opera seperti karya Mozart atau Puccini hanya di pembawaan dan interpretasinya saja. Musik sastra Indonesia memiliki kesan lebih moderat karena lebih menitik beratkan di sastranya. Kalau aria opera seperti musik Mozart, Puccini bahkan Ananda Sukarlan lebih kompleks lagi karena lebih banyak yang diperhatikan selain teknik vokal yang memadai, ada juga kostum, penataan dekorasi panggung, koreografi, akting, blocking, dsb.

 
 
Lakrinews.com : Menurut anda, apakah musik klasik Indonesia sudah memiliki kualitas yang bisa membawa prestige Indonesia di dunia?
 

Nikodemus Lukas: Ada kesempatan untuk kesana, dibuktikan dengan banyaknya penyanyi-penyanyi klasik berkualitas di Indonesia pada saat ini. Ada juga yang sampai melanjutkan pendidikannya ke konservatorium-konservatorium di luar negeri (beberapa mengikuti lomba tingkat internasional dan memperoleh hasil yang gemilang), makin banyaknya minat muda-mudi millenial untuk belajar musik/vokal klasik. Banyak juga paduan-paduan suara Indonesia yang juara di kancah internasional, juga pianis seperti Anthony Hartono, Kevin Trisna dan Calvin Abdiel yang prestasinya gemilang di dunia luar dan membanggakan Indonesia.

 
Lakrinews.com : Siapa saja musikus yang paling menginspirasi anda, dan kenapa?
 

Nikodemus Lukas: Di dunia vokal saya amat mengidolakan penyanyi tenor legendaris dunia Mario Del Monaco dan Luciano Pavarotti. Mereka adalah inspirasi saya setiap saat. Teknik mereka tidak perlu diragukan lagi. Suaranya kuat dan cemerlang. Mereka benar-benar musisi serta atlet vokal yang luar biasa dedikasi dan passionnya, dibuktikan dengan kehidupan mereka yang tidak pernah lepas dari musik dan nyanyian sampai akhir hayatnya. Music is their oxygen.


Lakrinews.com: Bagaimana prospek musik klasik di Indonesia menurut anda?
 

Nikodemus Lukas : Di Indonesia saat ini saya positif bahwa musik klasik akan lebih cemerlang di tahun-tahun kedepan. Saat ini mungkin penggemar masih terbatas karena tren musik disini saat ini lebih ke musik-musik hiburan seperti pop atau dangdut, sehingga sangat awam dengan musik klasik. Namun, ini tugas kami sebagai musisi atau penyanyi klasik yang “limited edition” ini untuk lebih memasyarakatkan dan mendekatkan musik klasik ke seluruh penjuru Indonesia. Tak kenal, maka tak sayang. Konser daring seperti produksi Direktorat Jendral Kebudayaan Kemdikbud ini sangat mendongkrak minat masyarakat Indonesia untuk musik klasik, dan masyarakat dunia untuk lebih mengenal bahwa musik klasik Indonesia itu ada, berkualitas dan punya karakter tersendiri.
 Saya optimis musik klasik bisa lebih diterima di Indonesia. Musik klasik adalah salah satu karya terbaik yang pernah dan sedang dibuat oleh manusia. Dengarkanlah walaupun sekali dalam seumur hidup. Anda akan jatuh cinta untuk kesekian kalinya. Viva la musica.

 
Bagikan:

16220055377064242910

Berita Terbaru

Daftar Kategori

Berita Teknologi

Berita Populer